Berkelana di Madiun Kota Gadis #3

Penasaran sama cantiknya area pejalan kaki di Kota Madiun?

Semoga foto ini bisa meredam rasa penasaranmu ya.

Diambil saat mengabadikan momen saat Ayah, Mama, dan Adik duduk santai menikmati senja di depan gedung Balai Kota. Bisa terlihat kan betapa perhatian pemerintah kota menyiapkan sekian bangku dan baliho di sepanjang area pejalan kaki yang luas.

Maklum, di tempat tinggal kami area seperti ini masih terbatas.

Bagi kami yang tak terlalu suka mengabiskan waktu di tempat fancy, duduk-duduk santai begini sudah cukup menyenangkan.

Nampaknya sekitar Jalan Pahlawan ini memang dibuat mirip Jalan Malioboro. Namun, bangunan putih di belakang tempat kami duduk selalu menyadarkan kembali kalau ini adalah Madiun.

Sebagai salah satu bangunan bergaya Eropa peninggalan Hindia-Belanda, gedung Balai Kota punya sejarah panjang selama masa pembangunannya.

Proses deal-dealan tender berlangsung hingga 10 tahun sebelum seremonial peletakan batu pertama. Pembangunan Geemente Madiun menggaet vendor-vendor ternama demi mewujudkan impian Dewan Kota masa itu—kehadiran gedung Balai Kota Madiun sebagai penunjuk dimulainya era sejarah baru.

Salah dua vendor yang terlibat diantaranya perusahaan marmer terkemuka dari Surabaya dan seniman asal Yogyakarta.

Bangunan utama gedung Balai Kota dilengkapi sebuah menara. Dulunya digunakan sebagai tempat pertahanan dan pengawasan. Syukurlah gedung Balai Kota cukup terawat sehingga kami bisa menikmati kehadirannya hingga kini.

Berkelana di Madiun Kota Gadis

Hal lain yang dapat dengan mudah ditemukan di sekitar area Jalan Pahlawan adalah kedai kopi dan jajanan. Kalau ingin nyemil tinggal jalan sedikit, pilih-pilih, bayar, lalu makan.

Selain itu, banyak spot unik yang bisa jadi tempat potret-potret mengisi feeds dan story instagram. Hari itu saya dapati kalau area ini memang dikonsep bagi para pelancong. Sebab sebuah patung Merlion berdiri kokoh di area lapang sebelah Balai Kota.

Lalu, di sisi lainnya saya dapati ada bangunan miniatur Ka'bah. Melangkah sedikit, miniatur Menara Eiffel juga dipajang di sana. Pingin foto ala-ala di Britania raya? Ada telephone box merah ciri khas negeri Mawar Tudor tersebut. Lengkap pokoknya!

Puas merasai suasana petang Balai Kota hingga lepas adzan maghrib, kami beranjak mencari tempat ibadah.

Hari yang semula cerah berangsur-angsur mendung. Ayah membawa kami ke Masjid Agung di dekat Alun-Alun. Sesaat setelah parkir, hujan lebat turun mengguyur Kota Madiun.

Hujan tak kunjung berhenti saat kembali menyusuri jalan raya sehabis ibadah. Di tengah badai, kami memutuskan mampir ke Srasadesa untuk makan malam.

Rumah makan ini menyuguhkan menu tradisional khas pedesaan seperti nasi sambelan dan es cao. Buat yang tak kuat makan pedas, ada pilihan menu seperti rawon, lodeh, dan masakan Jawa Timur lainnya.

Saya pribadi suka dengan konsep, interior, dan exterior resto Srasadesa. Penyajian pesanan pelanggan pun tak terlalu lama padahal malam itu pengunjung cukup ramai. Hanya saja kami kurang cocok dengan sego sambelnya—terlalu pedas dan beberapa macam lauk disajikan sudah tercampur dengan sambalnya.


Kami menamatkan kelana kota di Srasadesa. Tak sabar menantikan kesempatan berkunjung ke Kota Madiun di kesempatan berikutnya.

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Wah keren ya ternyata Madiun, yang katanya kota pahlawan itu, ... Banyak bangunan Belanda , ya di sana?

    BalasHapus
  2. Pengambilan gambarnya keren keren kak, keindahan kotanya jd terpancar.
    Kapan ya bisa ke Madiun? 🤭

    BalasHapus
  3. Menarik sekali kota Madiun, pemerintah kota-nya benar-benar ingin memanjakan rakyat.

    Hasil jepretannya juga oke banget. Review singkat padat dan berisi

    BalasHapus