Para Kesatria di Warung Tanpa Dapur

Sosok hebat dibalik upaya peningkatan ekonomi Dusun Magersari, Kabupaten Pasuruan

Desaku punya keunikan yang belum tentu dimiliki daerah lain. Berlokasi di wilayah Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan, nama Dusun Magersari mungkin asing bagi sebagian orang di luar wilayah administrasi Desa Pleret. Padahal desaku punya potensi agraris yang tinggi dari sawah, ladang, dan kebun petani. Menariknya lagi, sebuah bendungan air─atau yang biasa kami sebut DAM─peninggalan masa Hindia-Belanda masih kokoh berdiri membagi laju aliran Sungai Gembong ke arah Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan bagian utara.

Menyadari kekayaan alam yang dimiliki serta keinginan memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat sekitar yang berpangku tangan pada lahan persawahan, terbentuklah Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) DAM Pleret 1904. Kelompok ini memperjuangkan pengembangan wisata desa agar dapat membantu pemasukan penduduk sekitar, salah satunya melalui mekanisme warung tanpa dapur.

Warung tanpa dapur membuka kesempatan bagi penduduk Desa Magersari untuk menjual kreasi masakan dan minuman olahan rumah. Penjual hanya perlu memberitahu menu apa yang mampu mereka siapkan, kemudian anggota POKDARWIS membantu menawarkannya melalui pamflet dan media sosial DAM Pleret 1904. Pengunjung diperkenankan melakukan reservasi menu, hari, dan waktu kedatangan, agar penjual dapat mempersiapkan masakan di dapur rumah masing-masing.

Sepetak warung sederhana dengan plang bertuliskan “Panggon Djajan” hanya melayani pesanan minuman dan cemilan. Sisanya disiapkan langsung di rumah penduduk.

Kemauan untuk tumbuh bersama mewujudkan kesejahteraan seluas-luasnya bercokol erat di benak tiap penjual, menjadikannya pahlawan bagi keluarga kecil yang mereka hidupi. Merekalah para kesatria, pemegang kendali keberhasilan misi mulia; pemberdayaan masyarakat di tengah aktivitas ekowisata.

Upaya menciptakan community-based tourism

Bila ditelusuri secara ilmiah, Nugraha menyebutkan ada dua kata kunci utama dalam konsep pariwisata berbasis masyarakat atau community-based tourism. Terdiri dari kegiatan pemberdayaan masyarakat dan partisipasi masyarakat. Artinya, aktivitas mengelola dan mengembangkan potensi pariwisata di DAM Pleret 1904 tak lepas kaitannya dengan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif membangun keberlangsungan sosial, budaya, dan lingkungan sekitar.

Tanpa adanya dorongan hati nurani, tentu cita-cita menuju masyarakat sejahtera tak bisa serta merta tercapai. Namun, para kesatria di warung tanpa dapur ini semangat untuk bangkit mendukung sepenuhnya upaya pembangunan berkelanjutan. Siapa sangka dari penghasilan penjualan nasi sambal bawang, bakso, soto daging, lalapan ayam, tahu telur, rujak, es campur, es kopyor, dan masih banyak yang lainnya, tahun ini Desa Magersari benar-benar merasakan Tunjangan Hari Raya.

Kado yang kusemogakan bagi para kesatria

Melihat keuletan mereka menggerakkan ekonomi lokal pasca keterpurukan akibat wabah selama dua tahun, tentu tersirat harapan agar antusiasme para kesatria tetap membara pada situasi dan kondisi apapun yang tak menentu kedepannya. Bagiku, mereka sangat pantas menerima kado berupa pelatihan dan modal pengembangan usaha.

Pelatihan pengembangan UMKM terkurikulum tentu dibutuhkan bagi komunitas kami. Supaya pedagang punya ilmu untuk menyusun strategi bisnis kecil-kecilannya. Tak kalah penting dari pelatihan, tentu perlu modal untuk merealisasikan ide-ide kreatif masyarakat. Salah satunya adalah keinginan untuk memiliki mesin penepung, agar labu madu (butternut squash) hasil kebun kami bisa menjadi produk bernilai ekonomis dan mudah diperjualbelikan.

Kiat bertahan di tengah dunia digital dan dinamis: Perkuat kolaborasi!

Setiap institusi sosial kini sedang mencoba bertahan di antara kompleksitas dunia serba digital. Lantas, apa yang bisa dilakukan masyarakat seperti komunitas di DAM Pleret 1904 supaya bisa bertahan di tengah gempuran perubahan dunia yang cepat ini?

Riset Korostevela & Petrova menyebutkan, supaya komunitas dapat bertahan, beradaptasi, hingga bertransformasi, perlu komunitas yang terbuka pada serangkaian proses perubahan itu sendiri. Tujuannya? Agar mereka dapat berpikir bagaimana cara mengambil alih kendali. Poin yang tak kalah penting lainnya adalah membuka proses interelasi dan kolaborasi antar komunitas, sehingga bukan hanya melahirkan keberagaman jenis kerja sama, namun juga dorongan mencari aksi inovatif lainnya bagi masa depan lebih baik.

Salah satu masalah yang sering dihadapi pedagang kecil seperti kesatria di DAM Pleret 1904 adalah disparitas harga terlalu tinggi dan distribusi pasokan yang tak merata. Kalau sudah begini pedagang kecil hanya bisa tersenyum nanar, karena usahanya bisa mandek.

Namun, kini tak perlu khawatir lagi karena kita punya Aplikasi Super.

Aplikasi Super memudahkan masyarakat kota dan kabupaten kecil untuk berwirausaha dengan cara menjadi Super Agen. Pastikan hanya mendownload Aplikasi Super dan melakukan registrasi sebagai Super Agen, maka siapapun dapat bekerja sama mendistribusikan sembako dan barang kebutuhan pokok harian ke seluruh wilayah dengan harga terjangkau.

Selain itu, pedagang bisa dengan mudah kulakan stok warung dengan harga pasti grosir. Apalagi bisa juga, lho, beli kebutuhan pribadi lewat Aplikasi Super yang selalu gratis ongkir. Ibu rumah tangga, tunggu apalagi?

Yuk, sudah saatnya perkuat kolaborasi agar impian para pahlawan SUPER versi kita segera terjadi.

Posting Komentar

7 Komentar

  1. Keren banget, kreatif bangett

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ya Kak Reza. Tetap semangat menulisnya!

      Hapus
  2. pahlawan kekinian ya kak, tanpa dibayar mereka terus menebar kebaikan. Salam super

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berkat dedikasi yang awalnya belum menghasilkan, kini mereka sudah punya pemasukan kak. Alhamdulillah.

      Hapus
  3. Pasti seru tinggal di sana..
    Kekeluargaannyan sangat terasa, apalagi dengan adanya momen begini, sekampung pasti ngumpul

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, seru kak disini. Jauh dari hiruk pikuk metropolis. Ditunggu mampirnya, Kak Siti.

      Hapus
  4. Wahh menarik banget ada desa sekerjakeras itu demi kesejahteraan bersama. Salut banget sama pelopot warung tanpa dapur ini, ditambah masyarakatnya yang saling peduli.

    BalasHapus