Serba Serbi Jadi Pegawai Startup

Bukan lagi PNS atau pegawai kedinasan yang jadi incaran para fresh graduate masa kini, justru pegawai perusahaan rintisan (startup) jadi impian generasi millenial dan Gen Z. Menurut survei kecil-kecilan yang saya lakukan, setidaknya ada beberapa alasan yang membuat perusahaan startup jadi idola. Kita urutkan dari alasan paling receh, seperti nggak terikat seragam kerja dan bebas mengekspresikan outfit of the day, jam kerja fleksibel, serta bisa kerja dimana saja.

Ilustrasi bekerja di Startup
Sumber: https://unsplash.com/

Alasan berikutnya bisa dibilang alasan yang penuh perhitungan, misalnya seorang fresh graduate bekerja di startup untuk mengumpulkan pengalaman di dunia kerja yang ia tekuni. Entah ia akan mendalami bidang tersebut atau menjadikannya bantu loncatan menuju jenjang yang ingin dicapai.

Nah, yang terakhir adalah alasan yang cukup ekstrim, yaitu ingin jadi pegawai startup karena gajinya besar.

Apapun alasan yang mendasari keinginan teman-teman berkarir di dunia startup, patut kita apresiasi. Karena mereka punya mimpi dan saya yakin mereka sangat mengupayakan mimpi itu terwujud.

Selain itu, saat ini Indonesia masuk lima besar negara dunia dengan jumlah startup terbanyak, dan keberadaannya giat didukung pemerintah demi meningkatkan nilai investasi dan perekonomian negara.

Namun, para pencari kerja yang menargetkan berkarir di startup harus tahu bahwa ada beberapa golongan perusahaan rintisan menurut nilai valuasinya, yaitu

Level Hectocorn

Punya nilai valuasi mencapai 100 miliar dollar atau setara dengan 1,400 triliun rupiah seperti ByteDance (induk perusahaan TikTok)

Level Decacorn

Menduduki nilai valuasi 10 miliar dollar sama dengan 140 triliun rupiah. Indonesia punya startup yang mencapai level ini yaitu GoTo (Gojek Tokopedia) (Baca Disini)

Level Unicorn

Ini nih yang mungkin sering didengar oleh kita yaa. Startup level unicorn bernilai valuasi 1 miliar dollar setara dengan 14 triliun rupiah. Udah tahu belum kalau Indonesia per tahun 2022 punya 4 startup unicorn baru di tahun 2022? diantaranya adalah Akulaku, Ajaib, Xendit, dan Codapay (Baca Disini)

Level Centaurs

Katanya sih nama ini diambil dari makhluk mitologi yunani kuno yang punya tubuh menyerupai kuda namun dari perut ke kepala berbentuk manusia. Paham kan gambarannya? Seakan masih menuju transformasi yang sempurna, nilai valuasi startup di level ini dikisaran 100 juta dollar atau sekitar 1,4 triliun rupiah

Level Ponies

Layaknya kuda poni yang cimit-cimit, startup level ponies masih terus struggle untuk meyakinkan investor menanam modalnya di perusahaan mereka. Valuasi 10 juta dollar atau sekitar 140 miliar rupiah, udah cukup besar, namun kita doakan supaya makin berkembang!

Level Cockroach

Setelah level sebelumnya punya nama yang keren-keren, kenapa tiba-tiba identik sama binatang super ngeri satu ini sih?. Level ini merujuk pada startup yang baru banget merintis dengan nilai valuasi yang belum seberapa besar. Meski punya nama yang kurang enak, ternyata ini menggambarkan perusahaan yang sedang mempertahankan keberlangsungan bisnisnya, ibarat kecoa yang dianggap punya ketahanan hidup tinggi. Siapa yang kuat, dialah yang berhak naik kelas.

Nah, sebagai saksi hidup berkarir di startup, setidaknya beginilah gambaran serba-serbi kondisi yang perlu dipersiapkan

1. Jam kerja 9 to 5 o'clock? Nice, tapi bersiaplah untuk kerja lebih fleksibel

Mungkin ketika tahap interview, ada keinginan untuk mengutarakan punya jam kerja pasti demi menjaga worklife balance. Atau mungkin ketika menandatangani kontrak kerja tertulis dengan jelas bahwa jam kerja kantor dimulai pukul 9 pagi hingga 5 sore, oke, kamu patut berbahagia sejenak. Nyatanya saat sudah melalui tahap probation dan sudah memahami betul apa peran yang harus dikerjakan, idealisme terhadap jam kerja yang proporsional akan berangsur-angsur memudar.

Ilustrasi bekerja di Startup
Sumber: https://unsplash.com/

Bisa saja kamu datang ke kantor sesuai jam kerja, tapi nyatanya di jam kerja itu kamu hanya menyelesaikan pekerjaan teknis saja. Di luar itu, ada jadwal meeting dengan supervisor, manager, leader, atau bahkan CEO untuk menentukan langkah strategis selanjutnya. Dan nyatanya, kegiatan paling menguras tenaga bukan pekerjaan teknismu, terkadang justru di waktu kamu harus memutar otak demi memberikan saran strategis yang berkontribusi untuk tim-mu.

Ini adalah waktu-waktu penting menunjukkan value yang kamu punya, sebab kalau kamu nggak bisa beradaptasi dengan waktu kerja yang fleksibel atau dengan tuntutan berpikir lebih taktikal, posisimu dengan mudah terancam digantikan oleh orang lain.

Jujur saja bahwa beberapa pekerjaan di startup itu seringkali seperti air yang mengalir di dalam pipa, nggak ada ceritanya air itu bisa tiba-tiba sampai ke ujung sebelum melewati sekian pipa lainnya. Misalnya, di startup digital yang memproduksi konten video harus melewati proses pembuatan storyboard, syuting, preview pertama hingga kesekian sampai konten itu dikatakan final. Kalau posisimu sebagai video editor, maka kamu harus menunggu terselesaikannya proses sebelumnya menghasilkan raw material yang bisa kamu olah.

Apalagi kalau startup tempatmu bekerja masih level cockroach dan belum punya sumber daya pendukung yang banyak, maka bisa jadi selama jam kantor tidak ada output yang kamu hasilkan. Artinya, belum tentu jam kerja yang sudah ada adalah jam produktifmu, sehingga kamu masih harus menyelesaikan pekerjaan sisanya dengan meluangkan waktu lebih banyak.

2. Mau belajar hal baru dengan maksimal

Kesempatan berkarir di startup memang terbuka lebar bagi fresh graduate. Bahkan beberapa posisi tersedia bagi jurusan apapun selagi punya skill atau portfolio sesuai jobdesc. Bersyukurlah kalau startup-mu dengan jelas mencantumkan job requirement sesuai kemampuan yang kamu miliki. Sehingga kamu nggak perlu banyak penyesuaian. Biasanya pembagian peran dan tanggung jawab yang clear dengan segmentasi divisi dan departemen ini ada di startup yang sudah berusia 3-4 tahun ke atas.

Ilustrasi mau belajar hal baru dengan maksimal saat bekerja di Startup
Sumber: https://unsplash.com/

Buat kamu yang berkarir di startup yang seumur jagung, kamu akan dihadapkan pada tugas-tugas di luar latar belakang studimu dan belajar dari awal lagi. Memang tidak mudah, terkadang posisimu seperti menyelesaikan pekerjaan beberapa peran. Apalagi saat posisi yang diharapkan oleh perusahaan masih sangat terbatas sumber daya yang punya kemampuan di bidang tersebut.

Kalau kamu pribadi yang suka push your limits atau challenge yourself, maka kamu pasti bisa bertahan di dunia startup yang sangat menghargai orang yang mau belajar.

3. Jangan malu bertanya dan perbanyak diskusi

Sebagai anak baru di startup, ada baiknya kamu mulai mengenal orang-orang disekitarmu. Dimulai dengan rekan kerja satu divisi, misalnya. Perluas relasimu dengan rekan kerja yang ada, kamu nggak akan pernah tahu kalau mereka adalah sumber insight terbaik untuk menggali ide-ide luar biasa untuk masa depan perusahaanmu.

Ilustrasi berdiskusi dengan rekan kerja
Sumber: https://unsplash.com/

Satu yang harus kamu ingat, bekerja di startup artinya berkolaborasi dengan yang lainnya. Kamu nggak bisa bekerja sendirian karena peranmu kadang diperlukan oleh divisi atau departemen yang lain. Tanpa mencoba berkomunikasi dan berdiskusi dengan mereka, maka kamu nggak akan bisa lama bertahan di startup.

4.  Harapan tak selamanya indah, simpan gajimu untuk kondisi yang tak terduga

Jangan lupa untuk menyediakan pos pengeluaran tak terduga setiap kamu menerima gaji bulanan. Khususnya buatmu yang masuk startup di level ponies dan cockroach, kendala keuangan masih sering terjadi karena perusahaan tempatmu bekerja masih berkembang. Persiapkan untuk situasi terpahit, seperti gaji terlambat.

Ilustrasi menyiapkan tabungan ekstra untuk kondisi terburuk
Sumber: https://unsplash.com/

Bahkan startup decacorn kita pernah mengalami masalah finansial sebelum akhirnya jadi seperti saat ini. Pegawainya pun dulu pernah dianggap kurang waras karena bertahan di perusahaan yang merayu orang-orang untuk menjadi tukang ojek dan bermitra dengan mereka.

Jadi, jangan terlalu tinggi berharap, supaya kalau ada 'ujian', kamu sudah bersiap dengan baik.

5. Ada masalah? Selesaikan fokus pada solusi

Saking banyaknya yang harus diselesaikan, kamu nggak akan punya waktu untuk mengeluh ketika kerja di startup!. Memberi waktu untuk mengeluh artinya kamu sudah kehilangan waktu untuk mencari solusi. Manfaatkan relasi yang sudah kamu bangun dengan rekan kerjamu untuk mendiskusikan masalah yang kamu hadapi secara profesional, atau langsung konsultasi dengan departemen human resource development.

Ilustrasi fokus pada pencarian solusi
Sumber: https://unsplash.com/

Di antara dunia yang terus berputar dan tuntutan yang akan terus muncul seiring berjalannya waktu, masalahmu nggak akan terselesaikan dengan rasa kecewa, merasa bersalah, bersedih, atau berkeluh kesah. Tunjukkan kemampuanmu mengatasinya dengan cara segera mencari jalan keluar terbaik yang bisa kamu ambil dengan pertimbangan matang.

6. Berbagi meja kerja dengan siapapun

Udah tahu kan kalau berkarir di startup artinya berbagi meja kerja dengan siapapun?. Biasanya disediakan satu meja panjang yang bisa dipakai 4-6 orang tanpa sekat. Pengaturan meja kerja yang fleksibel ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi secara leluasa dengan rekan kerja satu meja yang biasanya terdiri dari satu divisi.

Ilustrasi meja kerja Startup yang fleksibel
Sumber: https://unsplash.com/

Selain satu divisi, meja kerja di startup bisa jadi tak hanya ditempati oleh satu tim, misalnya tim business development dengan product management. Pengaturan meja kerja ini mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi kerja yang dianggap lebih tinggi dibandingkan pengaturan meja kerja yang terkotak-kotak. Jadi jangan segan menawarkan bangku kosong disampingmu ya.

Bagaimana, sudah siap berkarir di startup?

Posting Komentar

0 Komentar